Dominasi Jepang di bisnis elektronik, seperti televisi, lambat laun mulai digeser oleh pemain-pemain Korea Selatan. Ini tampak pada tempat terhormat yang diberikan oleh Consumer Electronics Association dalam pergelaran Consumer Electronics Show (CES) 2011 di Las Vegas pada awal Januari lalu.
Tempat terhormat, mimbar pembicara kunci di CES 2011, justru salah satunya diberikan kepada Boo-Keun Yoon, Presiden Bisnis Display Visual dan Kepala Design Officer Samsung. Bukan Sony, Sharp, atau Panasonic yang mendapat tempat itu.
"Saya sangat terhormat diundang sebagai pembicara kunci di CES," kata Yoon. "Ini adalah permulaan era baru di industri elektronik konsumen, yakni lahirnya filosofi baru teknologi digital yang menyatu dengan hasrat dan rasa mendasar manusia."
Samsung telah mencatatkan sejarah pada CES 2010 dengan memperlihatkan televisi LED yang berteknologi tiga dimensi (3D) pertama di dunia. Saat itu juga Samsung meluncurkan toko aplikasi khusus televisi definisi tinggi (HDTV), yakni Samsung Apps.
"Saat ini kami mengumumkan bahwa sudah ada sejuta pengunduhan di toko aplikasi itu dan lahirnya aplikasi ke-200," kata Yoon.
Yoon menilai, dalam waktu lima tahun ke depan, industri televisi akan mendapat tempat yang penting, tak sekadar pajangan lemari atau penampil siaran biasa. Koneksi Internet akan semakin penting bagi televisi.
Demikian juga teknologi 3D dan TV pintar alias smart TV. Televisi, kata Yoon, akan berfungsi sebagai media pemersatu keluarga, teman, dan sumber hiburan tiada batas.
Pembicaraan Yoon ini bukanlah isapan jempol belaka. Kami menyaksikan sendiri di Las Vegas bagaimana teknologi televisi pintar diadopsi secara massal oleh para pembuat televisi.
Smart TV bisa disebut juga sebagai connected TV. Televisi telah terintegrasi dengan Internet dan mengalami konvergensi dengan komputer. Fokus televisi bukan lagi sekadar penampil saluran tradisional, tapi juga sebagai media interaksi dengan dunia maya dan sebagai Internet TV serta menayangkan media berbayar dari Internet.
Sebagaimana layar komputer, televisi telah memiliki peramban Internet serta aplikasi-aplikasi, seperti game. Televisi bisa terhubung dengan konsol game, boks set-top, pemutar Blu-ray, dan sebagainya.
Pengguna bisa mencari video, musik, foto, dan film dari Internet, saluran televisi kabel lokal, atau televisi satelit. Konten-konten multimedia itu juga bisa disimpan langsung pada hard disk lokal.
Koneksi ke Internet biasanya terjadi melalui jaringan Wi-Fi. Di CES 2011, sebagian besar vendor televisi sudah menjual berbagai televisi yang mampu menayangkan konten 3D dan Internet melalui Wi-Fi.
Pada 2010, berdasarkan riset lembaga Park Associates, kurang-lebih 25 persen televisi HDTV sudah terhubung dengan Internet. Pada 2015, Park memprediksi angkanya akan mencapai 76 persen (lebih dari 150 juta unit).
Integrasi langsung koneksi di dalam televisi memang menguntungkan konsumen. Selama ini televisi HDTV membutuhkan perangkat lain untuk terhubung dengan Internet atau dikenal dengan istilah kotak set-top, seperti Roku dan Logitech Revue, yang terhubung ke Google TV.
Sejumlah pemutar Blu-ray juga mampu menyediakan koneksi ke Internet. Demikian pula konsol game, seperti Sony PlayStation 3.
Satu-satunya masalah smart TV saat ini adalah belum adanya standar yang sama. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pengembang.
"Setiap pabrik mencari sebuah platform dan, sayangnya, berjalan sendiri-sendiri," kata Ben Drawbaugh, editor di situs berita teknologi Engadget.com.
Google sudah mencoba memberi alternatif dengan platform seragam bernama Google TV. Mestinya platform ini diluncurkan di CES 2011, namun Google membatalkannya dengan alasan belum siap.
Tempat terhormat, mimbar pembicara kunci di CES 2011, justru salah satunya diberikan kepada Boo-Keun Yoon, Presiden Bisnis Display Visual dan Kepala Design Officer Samsung. Bukan Sony, Sharp, atau Panasonic yang mendapat tempat itu.
"Saya sangat terhormat diundang sebagai pembicara kunci di CES," kata Yoon. "Ini adalah permulaan era baru di industri elektronik konsumen, yakni lahirnya filosofi baru teknologi digital yang menyatu dengan hasrat dan rasa mendasar manusia."
Samsung telah mencatatkan sejarah pada CES 2010 dengan memperlihatkan televisi LED yang berteknologi tiga dimensi (3D) pertama di dunia. Saat itu juga Samsung meluncurkan toko aplikasi khusus televisi definisi tinggi (HDTV), yakni Samsung Apps.
"Saat ini kami mengumumkan bahwa sudah ada sejuta pengunduhan di toko aplikasi itu dan lahirnya aplikasi ke-200," kata Yoon.
Yoon menilai, dalam waktu lima tahun ke depan, industri televisi akan mendapat tempat yang penting, tak sekadar pajangan lemari atau penampil siaran biasa. Koneksi Internet akan semakin penting bagi televisi.
Demikian juga teknologi 3D dan TV pintar alias smart TV. Televisi, kata Yoon, akan berfungsi sebagai media pemersatu keluarga, teman, dan sumber hiburan tiada batas.
Pembicaraan Yoon ini bukanlah isapan jempol belaka. Kami menyaksikan sendiri di Las Vegas bagaimana teknologi televisi pintar diadopsi secara massal oleh para pembuat televisi.
Smart TV bisa disebut juga sebagai connected TV. Televisi telah terintegrasi dengan Internet dan mengalami konvergensi dengan komputer. Fokus televisi bukan lagi sekadar penampil saluran tradisional, tapi juga sebagai media interaksi dengan dunia maya dan sebagai Internet TV serta menayangkan media berbayar dari Internet.
Sebagaimana layar komputer, televisi telah memiliki peramban Internet serta aplikasi-aplikasi, seperti game. Televisi bisa terhubung dengan konsol game, boks set-top, pemutar Blu-ray, dan sebagainya.
Pengguna bisa mencari video, musik, foto, dan film dari Internet, saluran televisi kabel lokal, atau televisi satelit. Konten-konten multimedia itu juga bisa disimpan langsung pada hard disk lokal.
Koneksi ke Internet biasanya terjadi melalui jaringan Wi-Fi. Di CES 2011, sebagian besar vendor televisi sudah menjual berbagai televisi yang mampu menayangkan konten 3D dan Internet melalui Wi-Fi.
Pada 2010, berdasarkan riset lembaga Park Associates, kurang-lebih 25 persen televisi HDTV sudah terhubung dengan Internet. Pada 2015, Park memprediksi angkanya akan mencapai 76 persen (lebih dari 150 juta unit).
Integrasi langsung koneksi di dalam televisi memang menguntungkan konsumen. Selama ini televisi HDTV membutuhkan perangkat lain untuk terhubung dengan Internet atau dikenal dengan istilah kotak set-top, seperti Roku dan Logitech Revue, yang terhubung ke Google TV.
Sejumlah pemutar Blu-ray juga mampu menyediakan koneksi ke Internet. Demikian pula konsol game, seperti Sony PlayStation 3.
Satu-satunya masalah smart TV saat ini adalah belum adanya standar yang sama. Ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pengembang.
"Setiap pabrik mencari sebuah platform dan, sayangnya, berjalan sendiri-sendiri," kata Ben Drawbaugh, editor di situs berita teknologi Engadget.com.
Google sudah mencoba memberi alternatif dengan platform seragam bernama Google TV. Mestinya platform ini diluncurkan di CES 2011, namun Google membatalkannya dengan alasan belum siap.
Print Halaman ini
0 Komentar:
Posting Komentar
Saya akan menghapus komentar yang Tidak sopan, memakai HURUF BESAR, berupa caci maki, mengandung kata-kata kebun binatang, debat kusir, provokasi, di luar konteks, berupa undangan/reklame. komentar yang terlalu panjang, tanpa paragraf, sulit dipahami dan berupa SPAM.
Isi komentar adalah Tanggung Jawab penulis komentar, Bukan Tanggung Jawab pengelola blog/situs ini. Harap dimaklumi !